Melihat ke dalam diri sama seperti membongkar total sebuah mobil.
Ketika semua susunan pembentuk mobil terbongkar, kemana perginya mobil?
Hakikat mobil adalah tidak ada.
Melihat ke dalam diri dimulai dengan terpisah dari pikiran dan hanya menjadi penyaksi.
Itulah satu-satunya cara melihat ke dalam diri lebih dalam lagi, sekaligus melepaskan kemelekatan diri dari apapun.
Jika kita melihat cahaya, maka cahaya itu bukanlah kita. Kita adalah yang melihat cahaya itu.
Jika kita mengamati bentuk mobil, maka kita bukanlah mobil melainkan yang menjadi pengamat.
Ketika kita menyaksikan adanya tubuh, pikiran, perasaan, keinginan sebutan aku, saya, dan sebagainya, itu semua bukanlah kita.
Kita adalah yang menjadi penyaksi, adalah kunci menyaksikan diri yang tidak seperti apa-apa.
Diri yang tidak seperti apa-apa, itulah Diri Sejati, dan disanalah letak paradoks yang begitu indah.